Nama lengkap Ibnu Sina
adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina. Dikalangan
masyarakat barat ia dikenal dengan nama “Avicienna”. Selain sebagai ahli
kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga,
pendidik dan sarjana Muslim yang hebat.
Ibnu Sina lahir pada
bulan Shafar 370 H atau di bulan Agustus 985 M. Keluarga Ibnu Sina kebanyakan
bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja di pemerintahan, selain
itu juga sebagai pendidik.
Ibnu Sina beruntung lahir
di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejak kecil sang
ayah mengajarinya untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari Qur’an
dan Sastra. Seorang guru pun didatangkan khusus untuk mengajari Ibnu Sina
menghafal Al Qur’an. Di usia 10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafal isi Al
Qur’an dan mendalami berbagai karya sastra.
Ibnu Sina belajar
filsafat dari Abu Abdillah an-Natili, seorang filosof kenamaan yang kebetulan
sedang berkunjung ke Bukhara. Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di
kediamannya untuk mengajarkan filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat
Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat sehingga membuat kagum gurunya.
Tetapi sebelum itu, Ibnu
Sina sudah tekun mempelajari ilmu fiqih dari seorang ulama besar bernama Ismail
yang tinggal di luar kota Bukhara. Dengan semangat yang tinggi, Ibnu Sina tidak
keberatan harus bolak-balik ke rumah gurunya. Kecerdasan Ibnu Sina semakin terlihat
saat beliau berusia 16 tahun. Ia sudah sanggup menerangkan kembali pada gurunya
isi dari buku Isagoge (ilmu logika), buku al-Mages (ilmu astronomi kuno) dan
buku Ecludis (ilmu arsitektur).
Beliau memang benar-benar
murid yang cerdas. Di depan guru-gurunya, ia dapat menerangkan rumus-rumus dan
berbagai kesulitan yang terdapat dalam buku-buku tersebut. Bahkan konon dalam
bidang ilmu astronomi (perbintangan), beliau sudah sanggup menciptakan sebuah
alat yang belum pernah dibuat para ahli sebelumnya.
Setelah berhasil
mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina pun merasa tertarik untuk
mempelajari ilmu kedokteran, mulai mendik di bidang kedn, sehingga dalam waktu
singkat ia meraih hasil yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangatnya yang
tinggi dalam mempelajari ilmu tersebut, Ibnu Sina sanggup mengobati orang-orang
yang sakit.
Semakin lama nama Ibnu
Sina semakin terkenal, bukan saja disekitar Bukhara melainkan juga diberbagai
pelosok wilayah. Orang-orang yang tertarik di bidang kedokteran mulai mendatangi
Ibnu Sina untuk menimba ilmu darinya. Mereka juga mengadakan
eksperimen-eksperimen mengenai berbagai cara pengobatan dibawah pengawasan dan
bimbingan Ibnu Sina.
Tetapi Ibnu Sina tidak
mau menjadikan ilmunya alat untuk mencari kekayaan dunia. Ia mau mengajar dan
menolong orang-orang sakit ikhlas karena Alloh dan terdorong rasa
kemanusiaannya. Ia merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya akan mendapat
pahala di sisi Alloh diakherat kelak. Ibnu Sina menghabiskan waktunya untuk
mengadakan penelitian-penelitian, menulis dan membaca buku-buku yang bermanfaat
bagi kemajuan berbagai ilmu.
Konon suatu hari Amir Nuh
bin Nasr menderita sakit keras. Mendengar kehebatan Ibnu Sina, ia diminta
datang untuk mengobatinya. Setelah diobati, iapun sembuh. Bukan main gembira
hatinya. Dan sejak itulah Ibnu Sina akrab dengan sang Amir yang ternyata
memiliki perpustakaan yang sangat lengkap di daerah itu. Ibnu Sina memanfaatkan
perpustakaan itu untuk membaca buku-buku kuno dalam berbagai bidang ilmu. Dari
perpustakaan Sang Amir Nuh bin Nashr ini
Ibnu Sina berhasil mendapatkan banyak ilmu pengetahuan untuk bahan-bahan
penemuan. Dan ketika berusia 18 tahun Ibnu Sina sudah menguasai berbagai bidang
ilmu.
Ketika berusia 22 tahun,
ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Terpaksa ia mengambil alih tugas-tugas ayahnya.
Namun itu tidak berlangsung lama. Ibnu Sina harus meninggalkan Bukhara karena
telah terjadi goncangan pemerintahan. Mula-mula ia pindah ke Gurganj selama 10
tahun. Kemudian pindah ke Nasa’, kemudian pindah lagi ke Baward, Thus lalu ke
Samalqan, Sajarm, Surjan, dan terus berpindah-pindah guna mengamalkan dan
mempelajari ilmu baru.
Selain sebagai dokter,
Ibnu Sina juga dikenal sebagai psikolog yang sanggup mengobati orang yang sakit
jiwanya. Suatu hari ada seorang lelaki yang terkena melancholia, sebuah
penyakit jiwa yang timbul akibat penyakit empedu yang cukup menyedihkan. Lelaki
ini merasa dirinya adalah seekor sapi. Ia tidak mau makan dan minum bersama
manusia bahkan tidurnya pun di kandang sapi sehingga badannya kurus kering dan
kotor. Keluarganya sudah membawanya kemana-mana untuk diobati namun belum juga
berhasil. Akhirnya keluarganya mendengar keahlian Ibnu Sina. Kemudian
keluarganya membawa laki-laki sakit jiwa tadi ke Ibnu Sina.
Setelah mengamati keadaan
lelaki malang itu, Ibnu Sina bertanya :
“Ada apa denganmu?”
“Aku tidak apa-apa.”
Jawab lelaki itu. “Aku hanya merasa telah menjadi seekor sapi. Aku melenguh,
makan dan minum serta bertingkah layaknya sapi.”
“Kalau begitu kamu memang
seekor sapi. Aku akan menyembelihmu, “ kata Ibnu Sina.
“Silahkan saja ,”
katanya.
Ibnu Sina lalu menyuruh
beberapa orang mengikat tubuhnya dan menyiapkan golok yang tajam. Sambil
memegang golok, Ibnu Sina mendekat dan membungkuk. Tapi ketika golok sudah
menempel di leher orang tersebut, tiba-tiba Ibnu Sina berhenti.
“ Wah sayang
sekali sapinya masih kurus. Ia belum pantas disembelih, “ Kata Ibnu Sina.
“Tidak, aku sudah pantas
disembelih, sembelih saja aku,” kata laki-laki tadi.
“Jangan, aku tidak mau
menyembelih sapi yang masih kurus, rugi tak ada dagingnya. “ Kata Ibnu Sina.
“Jadi apa yang harus aku
lakukan supaya bisa gemuk dan pantas disembelih?” tanya lelaki itu.
“Kamu harus makan dan
minum layaknya manusia.” Jawab Ibnu Sina.
“Tetapi janji, setelah
aku gemuk kamu akan menyembelihku,” kata lelaki itu.
“Baiklah aku janji.” Kata
Ibnu Sina.
Setelah itu, lelaki
tersebut mau makan dan minum layaknya manusia. Kesehatannyapun berangsur-angsur
pulih karena mendapat asupan makanan. Badannya sudah gemuk kembali dan tentu
saja akalnya berfungsi normal lagi. Sehingga ia benar-benar sudah sembuh.
Beberapa hari berikutnya
Ibnu Sina mengunjungi lelaki tersebut. Melihatnya dalam keadaan sehat dan
gemuk, Ibnu Sina berkata “Wah rupanya sapinya sudah gemuk.”
Lelaki itupun kemudian
menjawab, “Iya bahkan sudah pintar.” Jawabnya dengan tertawa.
Keluarga lelaki itupun
sangat senang dan sangat berterimakasih pada Ibnu Sina yang telah berhasil
menyembuhkannya dari penyakit jiwanya.
Itulah Ibnu Sina. Beliau
bukan hanya pandai tapi juga cerdik.
Karya Tulis Ibnu
Sina
Sesungguhnya Ibnu Sina
adalah salah seorang tokoh besar Islam. Ia adalah filosof dari timur. Hal itu
bukan saja diakui orang-orang Arab melainkan juga ilmuwan barat. Menurut mereka
Ibnu Sina adalah orang yang jenius, cerdik, dan pintar. Selain terkenal sebagai
ahli kedokteran, ia juga seorang ahli filsafat, astronom dan ahli ilmu jiwa
(psikolog handal). Ibnu Sina telah meninggalkan karya-karya agung yang dapat
membantu meningkatkan keluhuran harkat umat manusia. Tidak berlebihan jika para
penulis Prancis memberinya gelar “Aristoteles Islam” atau juga “Hipocrates
Islam”.
Ibnu Sina dikenal aktif
dalam urusan-urusan pemerintahan, pendidikan, penulisan, kedokteran atau
kesehatan dan lain-lain. Washtankald, seorang Ilmuwan Jerman sempat menghitung
karya tulis Ibnu Sina tidak kurang dari 150 judul yang membahas berbagai macam
ilmu, seperti kedokteran, filsafat, agama, astronomi, bahasa, kebudayaan,
sastra, musik, arsitektur, logika, dan ketuhanan. Ibnu Sina telah menyumbangkan
kekayaan ilmunya pada umat manusia. Padahal ia hidup pada zaman yang sering
terjadi kekacauan. Karya-karya tulis Ibnu Sina menjadi sangat khas dan istimewa
berkat isinya yang berbobot, pembahasannya yang cukup mendalam, keterangannya
yang jelas dan kepintarannya dalam mengolah informasi menjadi tulisan yang
mudah dipahami.
Diantara tulisan Ibnu
Sina yang cukup terkenal adalah al-Qanun (Kedokteran), al-Syifa, al-Isyarat
(filsafat), dan as-Siyasah (pendidikan). Bahkan Al-Qanun dijadikan salah satu
literatur utama ilmu kedokteran pada sejumlah universitas Eropa hingga abad 18.
Ibnu Sina juga menemukan obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi
kesehatan umat manusia. Bahkan ia adalah seorang dokter yang pertama kali
melakukan penyuntikan dibawah kulit pasien, dan menggunakan cara pembiusan untuk
mengobati luka.
Apa yang dilakukan Ibnu
Sina tersebut jauh lebih maju daripada yang terjadi di negara-negara Eropa saat
itu yang masih menganut takhayul dan sihir dalam mengobati berbagai penyakit.
Yang terjadi di Eropa saat itu adalah zaman kegelapan, konon apabila ada orang sakit, ia disalib
pada sebatang pohon. Kemudian tabib atau dukun memukulinya dengan kejam sampai
setan atau roh halus lainnya keluar dari tubuh orang tersebut. Menurut mereka,
setan dan roh halus itulah penyakitnya.
Begitulah perbedaan peradaban Eropa dan Muslim saat itu. Ini adalah
fakta, penulis bukan melebih-lebihkan namun itulah faktanya. Saat Eropa
berada di zaman kegelapan, Islam justru berada di zaman kegemilangan.
Berikut ini adalah daftar
buku-buku yang dihasilkan oleh Ibnu Sina :
1.
Al-Qanun
(Aturan) 10 jilid
2.
Al-Syifa’
(Penyembuhan atau Pengobatan) 8 jilid
3.
Al-Isyarat
(Petunjuk) 1 jilid
4.
AL-Majmu’
(Himpunan) 1 jilid
5.
Al-Biir wa
a-l Itsm (Perbuatan baik dan dosa) 2 jilid
6.
Al-Arshad al-Kulliyyat
(Petunjuk Lengkap) 1 jilid
7.
Al-Hashil wa
Al-Mahshul (pokok-pokok) 2 jilid
8.
An-Najad
(pembebasan) 3 jilid
9.
Al-Inshaf
(keputusan) 20 jilid
1.
Al-Hidayat
(petunjuk) 1 jilid.
Hari-Hari
Terakhir Ibnu Sina
Pada hari-hari
terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Alloh,
menyumbangkan hartanya untuk fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas,
menolong orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca Al-Qur’an,
saking tekunnya beliau bisa menamatkannya tiap tiga hari sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
trimakasih